Selasa, 30 Juli 2013

Foto potret

Foto potret adalah salah satu jenis fotografi yang paling diminati oleh fotografer setelah foto pemandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, foto potret mungkin lebih populer daripada foto jenis apapun. Kalau kita melihat jejaring sosial seperti facebook dan myspace, kita akan melihat jutaan foto potret beredar dan terus bertambah dengan kecepatan eksponensial.
Maka itu, mengetahui foto potret yang baik  menurut saya sangat penting, terutama untuk mengabadikan momen-momen penting.
Inilah beberapa foto potret dengan berbagai tips and trik
1.

Masalah dengan foto diatas adalah kekuatan cahaya dari belakang yang jauh melebihi cahaya dari depan model. Maka dari wajah orang tersebut terlihat gelap, sedangkan latar belakang sangat terang.
2.

Solusi praktisnya adalah mengunakan lampu kilat / flash untuk menerangi bagian wajah. Kalau Anda memakai kamera saku, cari dan aktifkan fill in flash atau force flash. Kalau di kamera DSLR, biasanya Anda tinggal membuka lampu kilat tersebut.
3.

Selain mengunakan lampu kilat, mengubah rentang focal lensa (zoom length) juga sangat berpengaruh dalam foto potret. Di foto diatas, saya mengunakan Nikon D3000 dengan lensa 18-55mm, di posisi 35mm atau ekuivalen di 52mm di kamera film. Rentang lensa mendekati 50mm ini memiliki perspektif yang hampir sama seperti yang kita liat dengan mata kita.
4.

Foto diatas mengunakan rentang lensa 24mm (ekuivalen dengan 35mm). rentang lensa yang lebih lebar ini menimbulkan efek distorsi pada wajah.
5.

Foto diatas diambil dengan rentang lensa 24mm (ekuivalen dengan 35mm). Kita bisa melihat sedikit distorsi pada wajah, selain itu, ada masalah dengan cahaya terutama bagian kiri wajah. Bayangan sangat kasar. Solusi dari masalah diatas adalah dengan mencari posisi lain atau mengunakan reflektor untuk menerangi bayangan di sisi kiri wajah.
6.

Foto diatas masih memiliki masalah dengan bayangan yang kasar, hanya kini saya mengunakan rentang fokal 55mm (ekuivalen 82mm) dengan zoom sampai mentok lensa 18-55mm yang saya gunakan. Wajah model terlihat lebih menarik dengan rentang lensa ini karena efek kompresi wajah sehingga wajah tidak terdistorsi.
Selain itu, latar belakang juga menjadi lebih kabur dan objek di latar belakang terlihat lebih dekat dari yang sebenarnya.
7.

Di foto diatas diambil dengan lensa 85mm f/1.4. Dengan mengunakan bukaan maksimal di 1.4, saya bisa membuat latar belakang menjadi sangat kabur. Rentang lensa 85mm (ekuivalen dengan 135mm) menurut saya ideal untuk foto potret, terutama dengan tujuan keindahan (beauty shot).
8.

Seringkali foto candid seperti diatas lebih menarik daripada foto model yang melihat langsung ke lensa. Selain itu, saya juga menunjukkan bagaimana penyuntingan foto (photo editing) bisa secara signifikan mengganti suasana, warna, intensitas foto. Dengan foto editing, Anda dapat mengkomunikasikan dengan pemirsa bagaimana Anda melihat dunia.
9.

Sama dengan foto no.8 diatas, dengan mengunakan alat penyuntingan foto, Anda bisa mengubah foto biasa menjadi foto klasik. Foto potret tidak perlu selalu tajam sampai ke pori-pori, terutama foto wanita.
Semoga panduan dan contoh-contoh diatas dapat membantu Anda untuk menghasilkan karya foto potret yang baik, untuk keperluan profesional, hobi atau keluarga.

 http://www.infofotografi.com/blog/2009/10/tips-foto-potret-untuk-pemula/

Tips untuk foto grup / Keluarga

Liburan sebentar lagi, sebagian besar dari kita pasti bersilahturahmi dengan keluarga besar. Mengapa tidak mengabadikan momen ini untuk foto keluarga?
Supaya foto keluarganya keren, ada beberapa tips untuk teknik fotonya
1. Posisi kamera jangan terlalu dekat dengan subjeknya
Karena bila terlalu dekat, maka terpaksa kita akan zoom out atau memakai lensa yang terlalu lebar karena bila terlalu lebar, maka bentuk muka orang yang berada di pinggir akan distorsi / berubah bentuk. Bila tempat memungkinkan, usahakan memakai fokal lensa minimal 30-50mm.
2. Atur orang-orang dalam kelompok supaya berdekatan
Tujuannya supaya komposisinya lebih bagus dan tidak ada celah-celah antar orang. Selain itu juga berguna untuk membantu pemerataan distribusi cahaya bila memakai lampu kilat. Tapi awas bila terlalu dekat, ada potensi ada orang-orang yang tertutup bayangan.
3. Komposisi segitiga
Komposisi foto grup merupakan salah satu faktor penting yang membuat foto terlihat lebih baik. Salah satu komposisi yang saya pikir solid, adalah segitiga. Caranya, kita mengatur orang yang berpostur paling tinggi di tengah kemudian yang paling pendek di bagian pinggir.
4. Menyeimbangkan cahaya lingkungan dengan flash
Bila di dalam ruangan yang agak gelap, dan kita terpaksa mengunakan lampu kilat, jangan lupa untuk menyeimbangkan cahaya flash dengan ruangan. Bila tidak diseimbangkan, latar belakang akan terlalu gelap dan suasananya akan hilang. Caranya tidak susah, yaitu dengan melambatkan shutter speed sehingga cahaya lingkungan bisa terekam. Saat memakai shutter speed yang relatif lambat, jangan lupa memegang kamera dengan steady atau mengunakan penyangga seperti tripod.
5. Pakai teknik pantul
Bila memakai flash eksternal yang bisa diputar kepalanya, kita kemungkinan bisa mengunakan teknik pantul. Bila langit-langit berwarna putih dan tidak terlalu tinggi, kita bisa memantulkan cahaya sehingga cahaya yang jatuh ke subjek foto lembut.
6. Memisahkan flash dengan kamera
Lebih baik lagi bila kita bisa memisahkan flash dengan kamera. Dengan memisahkan flash dengan kamera, kita bisa mengarahkan cahaya sehingga wajah tampak berdimensi. Bila kita merasa cahaya yang jatuh terlalu keras, kita bisa memanfaatkan payung fotografi.
8. Di luar ruangan, cari tempat teduh
Bila kita berada di luar ruangan, jangan lupa mencari tempat yang teduh bagi semua orang sehingga jatuhnya cahaya ke wajah setiap orang sama / tidak belang-belang. Juga pastikan cahaya matahari tidak langsung menyinari wajah karena bisa menyilaukan. Bila cahaya matahari di belakang, seringkali kita perlu bantuan tambahan cahaya dari lampu kilat supaya subjek foto tidak menjadi gelap.
9. Di meja makan atau restoran
Bila kita foto grup di restoran. Hindari mengambil foto dari ujung meja, karena wajah orang yang dekat akan terlihat besar sekali dan yang jauh akan kecil sekali. Bila kita memakai flash, hal ini menjadi lebih bermasalah karena wajah orang yang dekat akan sangat terang dan yang jauh akan gelap. Dalam kasus seperti ini, lebih baik memanfaatkan bagian meja yang panjang sehingga jarak antara kamera dan setiap orang kurang lebih sama.
Angkatan 23 Kursus Basic fotografi: Flash di pisahkan dari kamera dan diletakkan disebelah kiri kamera. Flash didudukan di lighstand yang ditinggikan kurang lebih 1.8m. Saya juga mengunakan payung transparan dan saya arahkan ke ibu yang berjilbab biru.
Angkatan 23 Kursus Basic fotografi: Flash di pisahkan dari kamera dan diletakkan disebelah kiri kamera. Flash didudukan di lighstand yang ditinggikan kurang lebih 1.8m. Saya juga mengunakan payung transparan dan saya arahkan ke ibu yang berjilbab biru.

 http://www.infofotografi.com/blog/2011/08/tips-untuk-foto-grup/

Kenapa harus ada format RAW?

Format JPEG (Joint Photographic Expert Group)

adalah format gambar yang sangat - sangat umum, mulai dari Camera HP hingga camera digital dapat menyimpan data gambar dalam format digital ini. Format JPEG adalah format gambar yang telah mengalami kompresi semaksimal mungkin untuk kepentingan sharing dan preview. Format JPEG saat ini telah dikenal sebagai format yang paling populer untuk data gambar. Semua software grafis dapat membuka format file ini, bahkan untuk aplikasi lain contohnya audio atau aplikasi accounting dapat membuka format file ini jika memerlukan data gambar.
Sama halnya dengan TIFF, setiap pixel pada file JPEG memiliki 3 nilai untuk masing-masing warna digital (RGB tadi). Tiap pixel pada file JPEG memiliki kedalaman 8 bit, oleh karena itu ukurannya bisa diminimalisasi. Namun berbeda dengan TIFF, kompresi dalam JPEG tidak menggunakan metode "lossless", namun menggunakan metode "loosy"; artinya seiring dengan kompresi ukuran file yang semakin kecil, data gambar juga hilang. Namun penghilangan data gambar ini dibuat sedemikian rupa sehingga tidak begitu terlihat secara visual ketika ditampilkan di monitor komputer.
Pada file JPEG dapat ditambahkan data EXIF, yaitu data atributif mengenai data teknis mengenai gambar JPEG tersebut, seperti tipe kamera yang digunakan untuk mengambil gambar JPEG tersebut, spesifikasi pengambilan gambarnya, hingga software grafis yang digunakan untuk memprosesnya.
Keunggulan format JPEG adalah ukurannya yang sangat kecil sehingga sangat portabel dan memudahkan preview serta sharing dengan cepat. Dalam kasus fotografi digital, penggunaan output JPEG mempercepat penulisan data gambar ke dalam memory card, serta menambah data gambar yang dapat dimuat dalam sebuah memory card.
lossless and loosy
Kekurangan format JPEG adalah format kompresinya yang "loosy" sehingga kualitas gambar cenderung menurun. Untuk kepentingan preview mungkin ini tidak menjadi masalah, namun untuk kepentingan printing (terutama yang berukuran besar) ini menyebabkan degradasi kualitas gambar dibanding menggunakan format TIFF


Format TIFF atau TIF (Tagged Image File Format)

hanya terdapat di beberapa tipe kamera prosumer serta D-SLR versi lama yang menyimpan data gambar dalam format ini. TIFF (Tagged Image File Format) mempunyai ukuran file yang sangat besar dan mempunyai gradasi warna lebih banyak karena merupakan standart warna tanpa kompresi. Nilai garadasi warna TIFF adalah 12 bit/chanel atau sekitar 1024-4096 warna. Sebagaimana JPEG, TIFF juga langsung bisa dikenali oleh software photo editing karena sifatnya yang universal. Pada dasarnya, dalam proses data gambar digital, semua file TIFF adalah hasil proses dari file RAW. Kemungkinan TIFF tersebut diproses prosesor kamera atau melalui post-processing RAW di komputer.
Sebuah file TIFF dalam tahapan konversi pada umumnya belum mengalami kompresi yang dapat menyebabkan hilangnya sebagian data di dalamnya. Setiap pixel pada file TIFF dibentuk dari perhitungan nilai dari 4 pixel pada data RAW nya (1 modul pada data RAW). Inilah yang menyebabkan jumlah pixel pada sebuah file RAW lebih banyak daripada jumlah pixel pada TIFF yang dihasilkannya. Ini juga yang menyebabkan setiap pixel pada file TIFF dapat menyimpan 3 nilai, masing-masing untuk warna Merah, Hijau, dan Biru.
File TIFF dapat disimpan dalam format kedalaman 16 bit (selain juga bisa 8 bit) dan hampir semua software grafis dapat membacanya. Bahkan format ini dapat menyimpan data gambar yang terdiri dari lebih dari satu layer, contohnya penggunaan alpha channel. Oleh karena itu, ini adalah format yang sangat jamak dipakai dalam dunia printing.
Keunggulan format TIFF adalah mampu menyeimbangkan antar kualitas gambar dan ukuran file dan dapat diterima oleh berbagai aplikasi grafis. Oleh karena itu, format ini jamak dipakai dalam transfer data gambar yang masih menuntut kualitas data gambar yang prima seperti stockphoto, gambar hasil desain grafis, atau untuk keperluan printing.
Kekurangan format TIFF tentunya adalah ukuran filenya yang masih terlalu besar untuk sekedar keperluan sharing dan preview gambar. Oleh karena itulah diciptakan format JPEG.

Format RAW

Hadir dengan format yang berbeda untuk tiap produsen kamera (CRW dan CR2 untuk Canon, NEF untuk Nikon, dll). Format RAW ini dapat disimpan oleh semua D-SLR dan beberapa tipe kamera compact kelas atas yang umum beredar di pasaran saat ini. Jangkauan koreksi atas hasil foto masih sangat luas dan variatif, meliputi whitebalance, noise reduction, exposure, sharpness, contrast dan saturation.

Proses editing foto dengan format RAW tidak menyebabkan adanya pixel yang hilang. Karena merupakan format file yang tidak universal maka software photo editing tidak bisa langsung membacanya dan kita membutuhkan software conveter untuk mengkonversinya menjadi format lain, yaitu TIFF atau JPEG. Bisa dikatakan, meskipun mampu menghasilkan foto yang berkualitas bagus, menggunakan RAW sedikit membutuhkan perjuangan dan pengorbanan.

Format RAW adalah format "murni" hasil tangkapan dari sensor digital yang sama sekali belum disentuh oleh kompresi atau pun interpolasi apapun! Jadi datanya pun bisa diistilahkan "fresh from the oven" nah loh bahasa Inggris :) ok artinya "masih hangat seperti baru keluar dari oven". Kok malah ke dapur makanan? hehehe namanya juga istilah / perumpamaan :), kembali ke topik, jadi intinya begini : belum ada data yang hilang karena kompresi, belum ada keputusan processing apapun yang diambil. Apa yang dilihat/ditangkap oleh sensor digital, itulah yang ada di data RAWnya.

Nah kan jadi timbul pertanyaan lagi, "kira - kira data apa yang ada di sebuah file berformat RAW?" Apa yang ada di dalam sebuah file RAW sangat bervariasi, tergantung produsen kamera digital yang mengambil gambar RAW tersebut. Tiap produsen kamera digital memiliki teknologi dan fitur-fitur canggihnya masing-masing dalam produk sensor digitalnya dan memasukkan teknologi tesebut dengan cara yang bervariasi ke dalam format RAWnya, sehingga tiap produsen kamera memiliki format RAWnya masing-masing. Namun, pada dasarnya, format RAW yang dihasilkan kamera digital dewasa ini berupa data-data pixel dimana masing-masing pixelnya menyimpan sebuah nilai pada salah satu warna digital (Merah, Hijau, atau Biru - RedGreenBlue). RAW file juga diyakini mempunyai kemampuan dynamic range yang baik dibanding format file yang lainnya. Sebagai format file nonkompresi RAW mempunyai ukuran file yang sangat besar dengan color bit depth (kedalaman warna) juga besar, yaitu mencapai 16 bit.

lossless and loosy
Pada tiap modul yang terdiri dari 4 pixel, terdiri dari sebuah pixel merah, sebuah pixel biru, dan dua buah pixel hijau. Kenapa ada 2 hijau??? Karena menurut studi para ilmuwan jenius di sana, mata kita lebih sensitif pada warna hijau; jadi supaya tangkapan sensor digital mirip-mirip dengan tangkapan mata kita, maka sensor digital pun dibuat lebih banyak menangkap warna hijau. Kedetailan nilai warna pada tiap pixel tergantung pada kemampuan sensor digital itu sendiri dimana didefinisikan dengan satuan bit. Pada umumnya kamera D-SLR saat ini mampu menangkap gambar dengan kedetailan/kedalaman (bit depth) hingga 12 bit. Bagi yang belum tahu tentang bit Dept bisa baca Penjelasan tentang Bit Depth
Kenapa harus ada format RAW?
Bagi sebagian besar penggemar fotografi, hasil olahan kamera seringkali sudah cukup bagus. Namun bagi kalangan fotografer profesional mereka tidak rela kamera mengotak-atik foto yang mereka jepret. Format RAW membuat kita bisa mengubah-ubah parameter pemotretan sesuka kita. Dengan bantuan software pengolah RAW (photoshop, lightroom, GIMP, ACDSee dll), kita bisa mengubah nilai eksposur, white balance, saturasi sampai kontras untuk kemudian menyimpannya dalam format yang lain: JPG atau TIFF.
Keuntungan memakai RAW?
- Kita bisa mengotak - atik file mentah menjadi foto matang sesuai keinginan kita.
- Opsi pengolahan foto menjadi jauh lebih banyak sehingga mereka yang berjiwa super kreatif lebih terpuaskan
- Informasi yang tersimpan lebih banyak (jika anda memilih JPEG, kamera akan menghilangkan sebagian kecil data untuk memperkecil ukuran file dan mempercepat proses pengolahan)
- Kualitas foto secara keseluruhan lebih baik, ini berkaitan dengan adanya kompresi jika memakai JPEG
- Terhindar dari under / over eksposure (bisa kompensasi eksposur)
- Mengatur white balance dengan lebih akurat
- Mengatur setting dasar seperti sharpening, noise reduction, kontras dan curve secara leluasa
- Mendapat dynamic range lebih lebar
- Mengatur kadar pengurang noise sesuai kebutuhan
- Lebih leluasa bermain warna dan saturasi
- Kita bebas menentukan tingkat rasio kompresi JPEG

Kerugian memakai RAW?
- Memakan kapasitas hardisk dan memory card. Karena tidak ada proses kompresi, maka ukuran file RAW jauh lebih besar dibanding JPEG (sekitar 3 sampai 4 kali lebih besar)
- Memakan waktu lebih banyak. Baik selama pemotretan (mengurangi kecepatan kamera terutama dalam mode burst) maupun selama pengolahan di komputer (karena ukuran file-nya).
- Ukuran yang besar membuat memori dan hard disk cepat penuh
- Perlu komputer dengan spesifikasi kencang / Tinggi (high end)
- Memakan waktu lama untuk mengolah banyak foto
- Perlu software atau plugin khusus untuk mengolah RAW
- Setiap ada kamera baru perlu mendownload database camera RAW yang sesuai

Kesimpulannya, Jadi Format Apa Yang Sebaiknya Dipilih?

- Jika anda punya hardisk diatas 500GB, memory card minimal 4GB dan sedang memotret moment (atau orang atau tempat) yang istimewa, pilihlah mode RAW
- Jika anda sedang memotret hal "biasa" atau butuh memotret berondongan (burst), atau hanya memiliki kapasitas hardisk dan memory card pas-pasan, pilihlah mode JPEG.
Atau ambil jalan tengah jika anda punya kapasitas hardisk dan memory card yang berlebih: pilih mode RAW + JPEG (kamera akan menyimpan 2 format sekaligus)

Catatan:
Format file JPEG juga mengijinkan pengolahan foto yang lumayan banyak, hanya hasil dan cakupannya tidak seluas dan sebaik RAW.
Tersedia juga format TIFF, namun sebaiknya tidak perlu dipakai karena ukuran file-nya yang sangat besar jadi Rakus memori
Jadi bila ingin memaksimalkan fitur RAW di kamera anda, mulailah dengan mencari tahu software yang cocok untuk mengolahnya. Salah satu software gratisan rekomendasi kami adalah RAW therapee

Sumber: http://www.ilmugrafis.com/artikel.php?page=penjelasan-format-raw-tiff-jpeg-lengkap 

TRIK FOTOGRAFI

1. EDITING DALAM FOTOGRAFI KREATIF
dalam fotografi kreatif...posisi Editing ( Oldig ) ada di posisi terakhir dalam Creative Proses.
Urutannya:

  1. Previsualization ( Sebelum motret : imajinasi, Ide yang nggak biasa, unik )
  2. Eksekusi ( Ketika motret )
  3. Editing ( Setelah motret : menyempurnakan imajinasi )

2. KENALI HISTOGRAM
Memeriksa histogram bisa dilakukan ketika sedang memotret atau sesudah memotret. Maksudnya biar kita bisa mengontrol terang (OverExposure) atau gelapnya foto (Under).

Dengan memeriksa histrogram ketika memotret, kita bisa langsung memperbaiki setting kamera jikalau hasilnya terlalu over atau under. Membaca Histogram di Photoshop bisa dari menu Image > Adjustment > Level

Tutorial Fotografi
3. GUNAKAN RAW UNTUK HASIL MAKSIMAL
Kalau JPEG..kamera yang mengolah. Sementara RAW..komputer yang mengolah.

Dalam mengolah file RAW bang RDP menggunakan Adobe CS 3...lebih bagus dari
versi sebelumnya ( Cuma saya lupa...secara spesifik bagian mana terutama yang bikin beda dari versi sebelumnya...hehehe)

4. 16 BIT UNTUK WARNA MAKSIMAL
Dengan bit yang tinggi..range warna akan lebih luas. Idealnya dapat bit yang tinggi sudah dari kamera.

Tapi kalau kamera dapatnya 8 bit, untuk merubah ke format 16 bit bisa dilakukan di Komputer dengan Adobe CS3 RAW. 16 bit...warnanya jauh lebih lebar dari 8 bit.

5. SHARPEN DAN UNSHARP DI DAERAH TERTENTU SAJA
Mainkan ruang tajam dengan sharpen dan unsharp.

Caranya:
  1. Duplicate Layer
  2. Filter > Blur > Gaussian Blur
  3. Hapus pakai eraser

kalau menguasai teknik masking akan jauh lebih efektif.

6. EKSPERIMEN DENGAN BLENDING MODE

Caranya:
  1. Foto di Duplicate
  2. Dijalankan Levels (tanpa diatur apapun settingnya) di Adjustment Layer
  3. Blending: Overlay

7. WARNA: MOOD VS NATURAL
Mood maksudnya: suka-suka fotografer lagi seneng warna apa.. Natural: Mencari warna senatural mungkin..bukan warna artifisial.
Pertama mengganti skintone foto bayi dengan Replace Color ( Image > Adjustment > Replace Color ) Yang kedua membuat awan lebih biru dengan blending mode dan selective color.

teknik fotografi
8. ATUR TERANG GELAP
Mainkan efek terang gelap agar lebih menarik.

Untuk efek terang gelap ini yang dilakukan :
  1. Foto di Duplicate
  2. Jalankan Levels
  3. Hapus pakai Eraser Tool

cara belajar fotografi

9. HATI-HATI DENGAN DODGE -BURN
Menggunakan Dodge dan Burn sering kita gunakan . cuma diingatkan agar hati-hati karena:

  1. Bisa tidak rata
  2. Bisa over Saturate
  3. Bisa over/ under exposure
  4. Butuh "Sense"

10. SIMPAN SEBAGAI TIFF
Dianjurkan ketika menyiapkan foto untuk dicetak
disimpan dengan format TIFF dengan alasan:

1 Tidak terkompress..sehingga detail warna tidak banyak yang hilang
2 Bisa menyimpan dalam 8 bit atau 16 bit.

Hal mana kedua poin diatas tidak bisa dilakukan oleh format JPEG.

sumber: http://www.aziscs1.com/2011/01/10-langkah-jitu-dalam-membuat-sebuah.html

RAW

Siapakah RAW itu sebenarnya,? Format RAW adalah file mentah yang benar benar mentah yang ditangkap oleh sensor kamera. Jadi format RAW tidak sama sekali membuang informasi yang di tangkap oleh sensor kamera. Berbeda dengan format JPEG yang sudah melakukan pemerosesan file. Bagi beberapa orang file jpeg sudah cukup memuaskan, tapi bagi beberapa orang lagi akan terpuaskan jika melakukan pemerosesan secara manual…
Bagaimana cara membuka file RAW di photoshop???
Untuk membuka file RAW di photosop di perlukan plugin, silakan download pluginya di sini. Jika sudah di download, langsung ajah copy file yang berformat .8bi kedalam folder Program Files\Adobe\Adobe Photoshop CS3\Plug-Ins\File Formats. Jika sudah, maka file raw sudah bisa di buka fi adobe photoshop cs3. berikut tampilan pengeditan format raw.

sumber: http://zairiz.wordpress.com/2010/02/12/membuka-format-raw-di-photoshop-cs3/