MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Model
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model
pembelajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan
teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (modelling). Menurut
Bandura, belajar yang dialami manusia sebahagian besar diperoleh dari suatu
pemodelan yaitu meniru prilaku dan pengalaman orang lain. Pada pembelajaran
langsung tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural,
yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu dan memahami pengetahuan
deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (yang diungkapkan dengan
kata-kata). Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang testruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.
Pada model
pembelajaran langsung terdapat lima fase / langkah
pembelajaran. Kelima fase tersebut dapat dilihat pada tabel
1. berikut:
Tabel
1: Sintaks model pembelajaran langsung
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
|
2.Presentasi materi ajar atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu
|
Guru menyajikan informasi tahap demi tahap
atau mendemonstrasikan keteram pilan yang benar
|
3.Memberikan pelatihan
|
Guru memberi bimbingan pelatihan
|
4. Memberikan umpan balik
|
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik dan memberi umpan balik
|
5.Memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan
dan penerapan
|
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi
yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
|
Berdasarkan
sintak atau pola urutan di atas, maka model yang dapat dikelompokkkan dalam
model pembelajaran langsung antara lain adalah sebagai berikut :
I.
PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1.
Menyajikan materi sebagai pengantar
2.
Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi
3.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
4.
Menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5.
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar
tersebut
6.
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.
Kesimpulan/rangkuman.
II.
DEMONSTRATION
Model ini digunakan khusus untuk
materi yang memerlukan peragaan atau percobaan.
Langkah-langkah :
1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan
dismpaikan.
3.
Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4.
Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai
skenario yang telah disiapkan.
5.
Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6.
Tiap siswa atau kelompok
mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan
7.
Guru membuat kesimpulan.
III.
EXPLICIT INTRUCTION
Merupakan model pembelajaran langsung
khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah. Model ini dikembangkan oleh Rosenshina
& Stevens tahun 1986.
Langkah-langkah :
1.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.
Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3.
Membimbing pelatihan
4.
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.
Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
IV.
PENAMPILAN ACAK
Model ini merupakan pengembangan
dari penulis sendiri untuk memaksimalkan atau melihat kemampuan siswa di dalam
pembelajaran. Selain itu juga dapat menghidupkan suasana kelas.
Langkah-langkah:
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.
Menyajikan materi.
3.
Memberikan contoh.
4.
Mengecek pemahaman dengan cara siswa tampil menjelaskan
konsep atau mengerjakan soal. Siswa yang tampil secara acak (misalnya melihat
tanggal hari itu, maka siswa yang tampil sesuai dengan tanggal yang dicocokkan
dengan nomor urut di daftar hadir di kelas).
5.
Seandainya siswa tidak bisa menjelaskan atau mengerjakan
soal, maka siswa diminta untuk menampilkan kebolehannya di depan kelas (misal
menyanyi, dll).
6.
Guru menyimpulkan.
Kooperatif (Cooperative Learning)
I.
Pengertian Cooperative Learning
Menurut Johnson & Johnson cooperative learning adalah
mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa
dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka milki dan mempelajari
satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Menurut Anita Lie cooperative learning dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas terstruktur.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang
saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat kepada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat
bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang
lain.
Setiap model pembelajaran mempunyai ciri-ciri, begitu juga
dengan model pembelajaran cooperative learning yang mempunyai ciri-ciri
antara lain adalah :
1.
Setiap anggota memiliki peran masing-masing.
2.
Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
3.
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya
dan juga teman-teman sekelompoknya.
4.
Guru membantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan interpersonal di dalam kelompok.
5.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tujuan utama dari pembelajaran dengan model cooperative
learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama
teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara berkelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan
teori belajar konstruktivis. Pembelajaran kooperatif memberi penekanan pada
hakikat sosiokultural dari pembelajaran yaitu bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama antar individu sebelum fungsi mental
tersebut terserap ke dalam individu tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif,
siswa tidak hanya mempelajari materi saja, namun juga mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain :
a.
Ketrampilan kooperatif tingkat awal meliputi:
Menggunakan kesepakatan, menghargai
kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada
dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk bicara,
menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu.
b.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi :
Menunjukkan penghargaan dan simpati,
mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan
dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan
mengorganisir, menerima tanggung jawab.
c.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi :
Mengelaborasi,
memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan
oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Enam tahap (sintaks) pembelajaran
kooperatif dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Sintaks model pembelajaran
kooperatif
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan memotivasi siswa unruk belajar
|
2. Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
3. Mengorganisasi siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien
|
4.Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas
|
5. Mengevaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
|
6.Memberikan penghar gaan
|
Guru mencari cara –cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
Di dalam pembelajaran dengan model cooperative learning
peranan guru kurang begitu dominan karena pembelajaran berorintasi kepada
kegiatan siswa. Peranan guru pada pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator,
mediator, direktor-motivator, dan sebagai evaluator.
Pembelajaran cooperative learning mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran lain, yaitu :
1.
Siswa tidak terlalu ketergantungan kepada guru, menambah
kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informas dari berbagai
sumber.
2.
Membangun kemampuan mengungkapkan ide/gagasan dan
membandingkan dengan orang lain.
3.
Menumbuhkan sikap respek, menyadari keterbatasan dan
menerima perbedaan.
4.
Memberdayakan sikap tanggung jawab siswa dalam belajar.
5.
Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial,
keterampilan mengatur waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
6.
Mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahaman sendiri
dan menerima umpan balik.
7.
Meningkatkan kemampuan menggunakan informasi.
8.
Meningkatkan motivasi dan rangsangan berfikir.
Tetapi disamping beberapa keunggulan di atas ada juga
keterbatasan dari model pembelajaran cooperative learning ini, antara
lain adalah sebagai berikut :
1.
Bagi siswa tertentu, model ini dapat mengganggu iklim kerja
sama dalam kelompok.
2.
Jika peer teaching tidak terlaksana dengan efektif,
maka yang seharusnya dipahami dan dipelajari siswa tidak akan pernah dicapai.
3.
Penilaian diberian didasarkan kepada hasil tidak terlaksana
dengan efektif, maka yang seharusnya dipahami dan dipelajari siswa tidak akan
pernah dicapai.
4.
Penilaian diberian didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
5.
Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan perode waktu yang cukup panjang.
Jadi berdasarkan keterbatasan di atas, diharapkan guru
mempunyai cara yang efektif dan kreatif untuk menguranginya agar tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan bersama dapat tercapai dengan maksimal.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru antara lain misalnya dengan
pembagian tugas yang jelas bagi setiap anggota kelompok, memotivasi siswa agar
dapat tampil maksimal, penilaian jangan hanya terbatas pada penilaian kelompok,
dan harus bisa memperkirakan waktu yang dibutuhkan di dalam suatu pembelajaran.
Selain hal-hal di atas juga perlu diperhatikan guru adalah
proses pembentukan kelompok dan cara penyusunan kursi untuk setiap kelompok.
Pada pembentukan kelompok harap diperhatikan komposisi kelompok diusahakan
heterogen sehingga dapat terjadi interaksi di dalam pembelajaran. Dan untuk
penyusunan kursi pada setiap pembelajaran seharusnya difariasikan antara
menerapkan satu model dengan model yang lain agar siswa tidak merasa bosan
dengan susunan meja atau kursi yang monoton.
II.
Evaluasi Dalam Pembelajaran Cooperative Learning
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan
setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu
setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative
learning.
Menurut Lie (2002 :35) format evaluasi bisa bermacam-macam
sesuai dengan tingkat pendidikan siswa. Untuk siswa menengah/lanjutan dapat seperti
berikut
:
Evaluasi
Proses Kelompok
1. Apakah setiap kelompok
berpatisipasi?
Selalu____Biasanya____Kadang-kadang____Jarang_____Tidak
Pernah_____
2. Apakah Anda (dan rekan Anda) sudah
berusaha membantu yang lain untuk mengutarakan pendapat?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
3.
Apakah
Andasudah saling mendengarkan satu sama lain?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
4.
Apakah
Anda menunjukkan tanda (misalnya menganggukan kepala) bahwa Anda mendengarkan?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
5. Apakah Anda memuji rekan yang telah
bekerja baik untuk kelompok (misalnya mengungkapkan pendapat yang bagus)?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
6.
Apakah
Anda memperhatikan satu sama lain?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
7.
Apakah
Anda saling bertanya?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak
Pernah______
8.
Apakah ada
seseorang dalam kelompok yang berbicara paling banyak?
Ya______Tidak______
Sedangkan untuk penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan
nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan metode cooperative learning. Mereka
saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian masing-masing
mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.
Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara. Pertama,
nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam
kelompok. Misalnya ini bisa digunakan untuk mengaktifkan siswa didalam kelompok
dengan cara menunjuk siswa yang dianggap paling lemah di dalam kelompok untuk maju
ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Kedua, nilai kelompok
juga bisa diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok dari “sumbangan”
setiap anggota.
Kelebihan kedua cara di atas adalah semangat kerjasama yang
ditanamkan. Dengan cara ini, kelompok bisa berusaha lebih keras untuk membantu
semua anggota kelompok dalam mempersiapkan diri untuk tes. Namun, kekurangannya
adalah perasaan negative dan tidak adil. Siswa yang mampu akan merasa dirugikan
oleh nilai rekannya yang rendah. Sedangkan siswa yang lemah mungkin bisa merasa
bersalah karena sumbangan nilainya yang paling rendah.
Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang bisa dipilih.
Setiap anggota kelompok menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka
sendiri. Misalnya, nilai rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat nilai
65, maka dia akan menumbangkan 5 poin untuk kelompok. Ini berarti setiap
siswa cepat maupun yang lambat mempunyai kesempatan untuk memberikan
kontribusi. Siswa lambat tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka
karena mereka juga bisa memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa
terpacu untuk meningkat kontribusi mereka dan dengan demikian menaikkan nilai
pribadi mereka sendiri.
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran
kooperatif, dan langkahnya sedikit bervariasi tergantung pada pendekatan yang
digunakan. Beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif antara lain: Student
Teams Achievement Divisin (STAD), Jigsaw, Teams Games Turnament (TGT),
Think-Pair-Share, Numbered Head Together dll.
Berikut ini diberikan beberapa contoh dari model
pembelajaran yang termasuk kooperatif learning dan dilengkapi dengan
langkah-langkah penerapannya:
I.
EXAMPLES NON EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus atau gambar
yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah :
1.
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2. Guru menempelkan gambar di papan
atau ditayangkan melalui OHP/LCD.
3.
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.
Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.
Kesimpulan.
II.
COOPERATIF SCRIP
Merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan
dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang
dipelajari.
Langkah-langkah :
1.
Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2.
Guru membagikan wacana/materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan
ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
·
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap.
·
Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.
Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6.
Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru.
7.
Penutup.
III.
KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR
Merupakan model pengembangan dari Number Heads (Kepala
Bernomor) yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik Kepala Bernomor Terstruktur
ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan
tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan
kelompoknya. Teknik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.
Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor.
2. Penugasan diberikan kepada setiap
siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor satu
bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga
melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3.
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.
Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang
sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4.
Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain.
5.
Kesimpulan.
IV.
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model ini berarti tim siswa kelompok
prestasi, yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1995.
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya =
4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan
pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi.
6. Kesimpulan.
V.
JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Merupakan model yang dikembangkan oleh Aronson, Blaney,
Stephen, Sikes, dan Snapp tahun 1978. Teknik ini bisa digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Model ini bisa
pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk
semua kelas/tingkatan.
Langkah-langkah
:
1.
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota dalam satu tim
2.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.
Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
5.
Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota
kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh-sungguh
6.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.
Guru memberi evaluasi
8.
Penutup
VI.
ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi sebagaimana
biasa
3. Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4. Suruhlah seorang dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
5. Suruh siswa secara bergiliran/diacak
menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7. Kesimpulan/penutup
VII.
MIND MAPPING
Model ini sangat baik digunakan
untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai.
2. Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang
mempunyai alternatif jawaban.
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
4. Tiap kelompok
menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok
tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6. Dari data-data di papan siswa
diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang
disediakan guru.
VIII.
MAKE - A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Model ini merupakan model
pembelajaran dengan cara mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran
tahun 1994. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan
sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu
bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2. Setiap siswa mendapat satu buah
kartu
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6. Setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7. Demikian seterusnya
8. Kesimpulan/penutup
IX.
THINK-PAIR AND SHARE
Model
ini dikembangkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Model ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan lain dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Langkah-langkah
:
1.
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai
2.
Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru
3.
Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok
2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4.
Guru memimpin pleno
kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5.
Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
6.
Guru memberi kesimpulan
7.
Penutup
X.
BERPIKIR-BERPASANGAN-BEREMPAT
Model belajar mengajar
Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Thyng-Pair-Share)
dan Spencer Kagan (Thing-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative
learning. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju
dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model ini memberikan kesempatan
sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan
menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah
:
1.
Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan
tugas kepada semua kelompok.
2.
Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut
sendiri.
3.
Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan
berdiskusi dengan pasangannya.
4.
Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat.
Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok
berempat.
XI.
BERKIRIM SALAM DAN SOAL
Model belajar mengajar Berkirim
Salam dan Soal memberikan siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan
keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa
lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh
teman-teman sekelasnya.
Kegiatan
Berkirim Salam dan Soal ini cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian.
Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.
Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap
kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirimkan
ke kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang
cocok.
2.
Kemudain, masing-masing kelompok mengirimkan satu orang
utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (Salam kelompok
bisa berupa sorak kelompok).
3.
Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4.
Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan
dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
XII.
BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING)
Model ini dikembangkan sebagai
pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Model
bercerita berpasangan ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah pikiran mereka akan
dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain
itu, siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan dalam berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1. Guru membagikan bahan pelajaran yang
akan diberikan menjadi dua bagian.
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan,
guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan
pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis dan
menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming
ini dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan
pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa memberikan
tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan
mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu.
3. Siswa dipasangkan.
4. Bagian pertama bahan diberikan
kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang
kedua.
5. Kemudian siswa disuruh membaca atau
mendengarkan (dalam pelajaran di laboratorium bahasa) bagian mereka
masing-masing.
6. Sambil membaca/mendengarkan, siswa
disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian
masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjangnya teks
bacaan.
7. Setelah selesai membaca, siswa
saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
8. Sambil mengingat-ingat/memperhatikan
bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha
untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (yang sudah
dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasakunci dari
pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha
untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang
membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9. Tentu saja, versi karangan sendiri tidak harus sama dengan
bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang
benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar
dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa diberikan kesempatan
untuk membacakan hasil karangan mereka.
10. Kemudian, guru membagikan bagian
cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian
tersebut.
11. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan
diskusi mengenai topic dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan
antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
XIII.
KANCING GEMERINCING
Model
pembelajaran Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan
tahun1992. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing ini masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari model ini adalah
untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja
kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada siswa yang terlalu dominan dan
banyak bicara. Sebaliknya, juga ada siswa yang pasif dan pasrah saja pada
rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung
jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena siswa yang pasif akan terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Model belajar mengajar Kancing
Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama
untuk berperan serta secara aktif di dalam pembelajaran.
Langkah-langkah:
Guru
menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda
kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan,
batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya).
1. Sebelum kelompok memulai tugasnya,
setiap siswa dalam masing-masing keloopok mendapat dua atau tiga buah kancing
(jumlah kancing bergantung bergantung pada sukar tidaknya tugas yang
diberikan).
2. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan
pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di
tengah-tengah.
3. Jika kancing yang dimiliki seorang
siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga
menghabiskan kancing mereka.
4. Jika semua kancing sudah habis,
sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk
membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
XIV.
DEBATE
Langkah-langkah :
1. Guru membagi 2 kelompok peserta
debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca
materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi. Guru
menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi
atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4. Sementara siswa menyampaikan
gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di
papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep/ide yang
belum terungkap
6. Dari data-data di papan tersebut,
guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang
ingin dicapai.
XV.
ROLE PLAYING
Langkah-langkah :
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario
yang akan ditampilkan
2. Menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
3. Guru membentuk kelompok siswa yang
anggotanya 5 orang
4. Memberikan penjelasan tentang
kompetensi yang ingin dicapai
5. Memanggil para siswa yang sudah
ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6. Masing-masing siswa duduk di
kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang
diperagakan
7. Setelah selesai dipentaskan,
masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9. Guru memberikan kesimpulan secara
umum
10. Evaluasi
11. Penutup
XVI.
GROUP INVESTIGATION
Model
pembelajaran ini dikembangkan oleh Sharan tahun 1992.
Langkah-langkah :
1.
Guru
membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2.
Guru
menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3.
Guru
memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4.
Masing-masing
kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5.
Setelah
selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan
kelompok
6.
Guru
memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7.
Evaluasi
8.
Penutup
XVII. TALKING STIK
Langkah-langkah :
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
2. Guru menyampaikan materi pokok yang
akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk
membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3. Setelah selesai membaca buku dan
mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4. Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang
memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5.
Guru
memberikan kesimpulan
6.
Evaluasi
7. Penutup
XVIII. BERTUKAR PASANGAN
Model
belajar mengajar Bertukar Pasangan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja
sama dengan orng lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.
Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan
pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya
2.
Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya
3.
Setelah selesai setiap pasangan bergabungdengan satu
pasangan yang lain
4.
Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing
pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
5.
Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
XIX.
SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan materi yang akan
disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan
memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang
materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali
ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru kepada temannya
4. Kemudian masing-masing siswa
diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu
pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.
Evaluasi
8.
Penutup
XX.
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Merupakan model pembelajaran yang
siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya.
Langkah-langkah :
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3.
Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada
peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep
maupun yang lainnya
4.
Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5.
Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6.
Penutup
XXI.
COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1.
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.
Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3.
Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4.
Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25
sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler
masing-masing siswa
5.
Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di
dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar
diisi tanda benar (Ö)
dan salan diisi tanda silang (x)
6.
Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau
diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7.
Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang
diperoleh
8.
Penutup
XXII.
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND
COMPOSITION (CIRC)
Merupakan model pembelajaran yang memadukan antara membaca
dan menulis yang dikembangkan oleh Steven dan Slavin pada tahun 1995.
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4
orang yang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping
sesuai dengan topik pembelajaran
3. Siswa bekerja sama saling membacakan
dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan
ditulis pada lembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan hasil
kelompok
5. Guru membuat kesimpulan bersama
6. Penutup
XXIII.
INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR
Merupakan model pembelajaran
lingkaran kecil-lingkaran besar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Siswa
saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah :
1.
Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan
menghadap keluar
2. Separuh kelas lainnya membentuk
lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari
lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa berada di lingkaran
kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser
satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di
lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
XXIV.
TEBAK KATA
Persiapan alat :
1. Buat kartu ukuran 10X10 cm dan
isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah)
pada kartu yang ingin ditebak.
2. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk
menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan
ditempel pada dahi atau diselipkan ditelinga.
Langkah-langkah :
1. Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit
2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3. Seorang siswa diberi kartu yang
berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang
lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca
(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10x10
cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak
apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi
kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai
yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada
waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan
langsung memberi jawabannya. Dan seterusnya.
CONTOH KARTU
·
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
·
Dimiliki oleh 1 orang
·
Struktur organisasinya tidak resmi
·
Bila untung dimiliki,diambil sendiri
NAH … SIAPA … AKU ?
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN
XXV. WORD SQUARE
Persiapan alat :
1. Buat kotak sesuai keperluan
2. Buat soal sesuai KD atau Indikator
Langkah-langkah :
1.
Sampaikan
materi sesuai KD atau Indikator
2.
Bagikan
lembaran kegiatan sesuai contoh
3.
Siswa
disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4.
Berikan
poin setiap jawaban dalam kotak
|
CONTOH
SOAL
1. Sebelum mengenal uang orang
melakukan pertukaran dengan cara …….
2. ……. Digunakan sebagai alat
pembayaran yang sah
3. Uang ……. Saat ini banyak di palsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut
…….
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan
sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
6. Nilai perbandingan uang dalam negara
dengan mata uang asing disebut …….
7. Nilai yang tertulis pada mata uang
disebut nilai …….
8. Dorongan seseorang menyimpan uang
untuk keperluan jual beli disebut motif …….
9.
Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar
sejumlah uang disebut …….
XXVI. SCRAMBLE
Persiapan Alat :
1. Buatlah pertanyaan yang sesuai
dengan KD atau indikator
2. Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah
:
1. Guru menyajikan materi sesuai KD
atau indikator
2. Membagikan lembar kerja sesuai
contoh
Susunlah
huruf-huruf pada kolom sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan
kolom A.
Kolom
A
1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran
dengan cara …
2. ... digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang ... saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai ...
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah
barang atau jasa disebut nilai ...
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata
uang asing disebut ...
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai ...
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk
keperluan jual beli disebut ...
9. perintah tertulis dari
seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar
sejumlah uang disebut ...
Kolom
B
1. TARREB
..................................
2. GANU
.......................................
3. TRASEK
....................................
4. KISTRINI
....................................
5. LIRI
.............................................
6. SRUK
.......................................
7. MINALON ...............................
8. SAKSITRAN
..............................
9.
KEC
..........................................
XXVII.
CONSEPTSENTENSE
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan kompentensi yang
ingin dicapai
2. Guru menyajikan materi secukupnya
3. Guru membentuk kelompok yang
anggotanya ± 4 orang secara heterogen
4. Menyajikan beberapa kata kunci
sesuai materi yang disajikan
5. Tiap kelompok disuruh membuat
beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat
6. Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan
lagi secara pleno yang dipandu Guru
7. Kesimpulan
XXVIII.
TAKE AND GIVE
MEDIA
:
1. Kartu ukuran ± 10x15 cm sejumlah
peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya,
materi sesuai dengan TPK
2. Kartu contoh sejumlah siswa
CONTOH
Kartu :
NAMA
SISWA :
SUB
MATERI :
NAMA
YANG DIBERI
1.
2
3.
4.
dst.
Langkah-langkah :
1.
Siapkan
kelas sebagaimana mestinya
2.
Jelaskan
materi sesuai TPK
3. Untuk memantapkan penguasaan peserta
tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih
kurang 5 menit
4. Semua siswa disuruh berdiri dan
mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama
pasangannya pada kartu contoh
5. Demikian seterusnya sampai tiap
peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give)
6. Untuk mengevaluasi keberhasilan
berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang
lain)
7.
Strategi
ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8.
Kesimpulan
XXIX. COMPLETTE SENTENSE
Media
: Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
Langkah-langkah :
1. Guru menyampaikan yang ingin dicapai
2. Menyampaikan materi secukupnya atau
peserta disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
3. Bentuk kelompok 2 atau 3 orang
secara heterogen
4. Bagikan lembar kerja berupa paragraf
yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh)
5. Peserta diharap berdiskusi untuk
melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia
6. Bicarakan bersama-sama anggota
kelompok
7. Setelah jawaban benar yang salah
diperbaiki. Tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau
hapal
8. Kesimpulan
XXX. TIME TOKEN
Merupakan
model pembelajaran berdasarkan truktur yang dapat digunakan untuk
mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi
pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Model pembelajaran ini dikembangkan
oleh Arends tahun 1998.
Langkah-langkah :
1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan
diskusi (cooperative learning / CL)
2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik.
Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan
3. Bila telah selesai bicara kopon yang
dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon
4. Siswa yang telah habis kuponnya tak
boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis
5. Dan seterusnya
XXXI.
PAIR CHEKS
Model
pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagen tahun 1993.
Langkah-langkah :
1. BEKERJA BERPASANGAN
Bentuk tim dalam pasangan-pasangan dua siswa dalam pasangan itu mengerjakan
soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih
2. PELATIH MENGECEK
Apabila patner benar pelatih memberi kupon
3. BERTUKAR PERAN
Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3
4. PASANGAN MENGECEK
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban
5. PENEGASAN GURU
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep
XXXII.
KELILING KELOMPOK
Model
pembelajaran ini bermaksud agar masing-masing anggota kelompok mendapat
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota lainnya.
Langkah-langkah :
1. Salah satu siswa dalam
masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya
mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2.
Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya
giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke
kanan.
XXXIII.
TARI BAMBU
Model
pembelajaran ini bertujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang
bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur
strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran
dan informasi antar siswa.
Langkah-langkah :
1. Separuh kelas atau seperempat jika
jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa
berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela
deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena
diperlukan waktu relatif singkat.
2. Separuh kelas lainnya berjajar dan
menghadap jajaran yang pertama
3. Dua siswa yang berpasangan dari
kedua jajaran berbagi sinformasi.
4. Kemudian satu atau dua siswa yang
berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya.
Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan
yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan
kebutuhan.
XXXIV.
DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY-TWO STRAY)
Model
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil
dan informasi dengan kelompok lain. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagen
tahun 1992. Model ini bisa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor.
Langkah-langkah :
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok
berempat seperti biasa
2. Setelah selesai, dua orang dari
masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain
3. Dua orang yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka
4. Tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
XXXV.
TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Langkah-langkah:
1. Buat kelompok siswa heterogen 4
orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan dan setiap
kelompok mempunyai tugas bisa sama atau berbeda.
2.
Siapkan
meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa
yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesepakatan kelompok.
3.
Selanjutnya
adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu
(misal 3 menit).
Siswa
bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai,
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor
kelompok asal.
4.
Siswa pada
tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)
superior, very good, good, medium.
5.
Bumping,
pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan
gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
6.
Setelah
selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
XXXVI.
TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI)
Model
pembelajaran ini berarti Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) dengan
karateristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa.
Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi
dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan
imposisi-intruksi. Model ini dikembangkan oleh Slavin tahun 1985.
Langkah-langkah :
1.
Buat
kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.
2.
Siswa
belajar kelompok dengan dibatu oleh siswa pandai anggota kelompok secara
individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi.
3.
Penghargaan
kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar