Minggu, 13 Mei 2012

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
                  Model pembelajaran langsung bertumpu pada prinsip-prinsip psikologi perilaku dan teori belajar sosial, khususnya tentang pemodelan (modelling). Menurut Bandura, belajar yang dialami manusia sebahagian besar diperoleh dari suatu pemodelan yaitu meniru prilaku dan pengalaman orang lain. Pada pembelajaran langsung tugas guru adalah membantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu dan memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (yang diungkapkan dengan kata-kata). Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang testruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. 

Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase / langkah pembelajaran.    Kelima fase tersebut dapat dilihat pada tabel 1. berikut:

Tabel 1: Sintaks model pembelajaran langsung
FASE-FASE
PERILAKU GURU
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
2.Presentasi materi ajar atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu
Guru menyajikan informasi tahap demi tahap atau mendemonstrasikan keteram pilan yang benar
3.Memberikan pelatihan
Guru memberi bimbingan pelatihan
4. Memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik
5.Memberi kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan sintak atau pola urutan di atas, maka model yang dapat dikelompokkkan dalam model pembelajaran langsung antara lain adalah sebagai berikut :

I.              PICTURE AND PICTURE
Langkah-langkah :
1.        Menyajikan materi sebagai pengantar
2.        Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
3.        Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
4.        Menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5.        Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6.        Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.        Kesimpulan/rangkuman.

II.           DEMONSTRATION
Model ini digunakan khusus untuk materi yang memerlukan peragaan atau percobaan.
Langkah-langkah :
1.        Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.        Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan.
3.        Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4.        Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
5.        Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6.         Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan
7.         Guru membuat kesimpulan.

III.        EXPLICIT INTRUCTION
Merupakan model pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan proseduran dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan  dengan pola selangkah demi selangkah. Model  ini dikembangkan oleh  Rosenshina & Stevens tahun 1986.
Langkah-langkah :
1.        Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2.        Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3.        Membimbing pelatihan
4.        Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5.        Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
IV.        PENAMPILAN ACAK
Model ini merupakan pengembangan dari penulis sendiri untuk memaksimalkan atau melihat kemampuan siswa di dalam pembelajaran. Selain itu juga dapat menghidupkan suasana kelas.
Langkah-langkah:
1.        Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2.        Menyajikan materi.
3.        Memberikan contoh.
4.        Mengecek pemahaman dengan cara siswa tampil menjelaskan konsep atau mengerjakan soal. Siswa yang tampil secara acak (misalnya melihat tanggal hari itu, maka siswa yang tampil sesuai dengan tanggal yang dicocokkan dengan nomor urut di daftar hadir di kelas).
5.        Seandainya siswa tidak bisa menjelaskan atau mengerjakan soal, maka siswa diminta untuk menampilkan kebolehannya di depan kelas (misal menyanyi, dll).
6.        Guru menyimpulkan.
Kooperatif (Cooperative Learning)
I.              Pengertian Cooperative Learning
Menurut Johnson & Johnson cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka milki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
Menurut Anita Lie cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat kepada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Setiap model pembelajaran mempunyai ciri-ciri, begitu juga dengan model pembelajaran cooperative learning yang mempunyai ciri-ciri antara lain adalah :
1.        Setiap anggota memiliki peran masing-masing.
2.        Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
3.        Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
4.         Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal di dalam kelompok.
5.        Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tujuan utama dari pembelajaran dengan model cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis. Pembelajaran kooperatif memberi penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran yaitu bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama antar individu sebelum fungsi mental tersebut terserap ke dalam individu tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya mempelajari materi saja, namun juga  mempelajari  keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan  kooperatif  tersebut antara lain :
a.         Ketrampilan kooperatif tingkat awal meliputi:
Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk bicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu.
b.        Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi :
Menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab.
c.         Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi :
Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Enam tahap (sintaks) pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Sintaks model pembelajaran kooperatif
FASE-FASE
PERILAKU GURU
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran,   dan memotivasi siswa unruk belajar
2.  Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3.  Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4.Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
5.  Mengevaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 
6.Memberikan penghar gaan
Guru mencari cara –cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok 

Di dalam pembelajaran dengan model cooperative learning peranan guru kurang begitu dominan karena pembelajaran berorintasi kepada kegiatan siswa. Peranan guru pada pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator, mediator, direktor-motivator, dan sebagai evaluator.
Pembelajaran cooperative learning mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran lain, yaitu :
1.         Siswa tidak terlalu ketergantungan kepada guru, menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informas dari berbagai sumber.
2.         Membangun kemampuan mengungkapkan ide/gagasan dan membandingkan dengan orang lain.
3.         Menumbuhkan sikap respek, menyadari keterbatasan dan menerima perbedaan.
4.         Memberdayakan sikap tanggung jawab siswa dalam belajar.
5.         Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, keterampilan mengatur waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
6.         Mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahaman sendiri dan menerima umpan balik.
7.         Meningkatkan kemampuan menggunakan informasi.
8.         Meningkatkan motivasi dan rangsangan berfikir.
Tetapi disamping beberapa keunggulan di atas ada juga keterbatasan dari model pembelajaran cooperative learning ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1.         Bagi siswa tertentu, model ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
2.         Jika peer teaching tidak terlaksana dengan efektif, maka yang seharusnya dipahami dan dipelajari siswa tidak akan pernah dicapai.
3.         Penilaian diberian didasarkan kepada hasil tidak terlaksana dengan efektif, maka yang seharusnya dipahami dan dipelajari siswa tidak akan pernah dicapai.
4.         Penilaian diberian didasarkan kepada hasil kerja kelompok.
5.         Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan perode waktu yang cukup panjang.
Jadi berdasarkan keterbatasan di atas, diharapkan guru mempunyai cara yang efektif dan kreatif untuk menguranginya agar tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan bersama dapat tercapai dengan maksimal. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh guru antara lain misalnya dengan pembagian tugas yang jelas bagi setiap anggota kelompok, memotivasi siswa agar dapat tampil maksimal, penilaian jangan hanya terbatas pada penilaian kelompok, dan harus bisa memperkirakan waktu yang dibutuhkan di dalam suatu pembelajaran.
Selain hal-hal di atas juga perlu diperhatikan guru adalah proses pembentukan kelompok dan cara penyusunan kursi untuk setiap kelompok. Pada pembentukan kelompok harap diperhatikan komposisi kelompok diusahakan heterogen sehingga dapat terjadi interaksi di dalam pembelajaran. Dan untuk penyusunan kursi pada setiap pembelajaran  seharusnya difariasikan antara menerapkan satu model dengan model yang lain agar siswa tidak merasa bosan dengan susunan meja atau kursi yang monoton.

II.           Evaluasi Dalam Pembelajaran Cooperative Learning
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
Menurut Lie (2002 :35) format evaluasi bisa bermacam-macam sesuai dengan tingkat pendidikan siswa. Untuk siswa menengah/lanjutan dapat seperti berikut :                         
Evaluasi Proses Kelompok
1.      Apakah setiap kelompok berpatisipasi?
Selalu____Biasanya____Kadang-kadang____Jarang_____Tidak Pernah_____
2.      Apakah Anda (dan rekan Anda) sudah berusaha membantu yang lain untuk mengutarakan pendapat?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak Pernah______
3.      Apakah Andasudah saling mendengarkan satu sama lain?
            Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak Pernah______
4.      Apakah Anda menunjukkan tanda (misalnya menganggukan kepala) bahwa Anda mendengarkan?
              Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak Pernah______
5.      Apakah Anda memuji rekan yang telah bekerja baik untuk kelompok (misalnya mengungkapkan pendapat yang bagus)?
Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak Pernah______
6.      Apakah Anda memperhatikan satu sama lain?
             Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak Pernah______
7.      Apakah Anda saling bertanya?
             Selalu____Biasanya____Kadang-Kadang____Jarang____Tidak Pernah______
8.      Apakah ada seseorang dalam kelompok yang berbicara paling banyak?
            Ya______Tidak______
Sedangkan untuk penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan metode cooperative learning. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.
Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Misalnya ini bisa digunakan untuk mengaktifkan siswa didalam kelompok dengan cara menunjuk siswa yang dianggap paling lemah di dalam kelompok untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Kedua, nilai kelompok juga bisa diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok dari “sumbangan” setiap anggota.
Kelebihan kedua cara di atas adalah semangat kerjasama yang ditanamkan. Dengan cara ini, kelompok bisa berusaha lebih keras untuk membantu semua anggota kelompok dalam mempersiapkan diri untuk tes. Namun, kekurangannya adalah perasaan negative dan tidak adil. Siswa yang mampu akan merasa dirugikan oleh nilai rekannya yang rendah. Sedangkan siswa yang lemah mungkin bisa merasa bersalah karena sumbangan nilainya yang paling rendah.
Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang bisa dipilih. Setiap anggota kelompok menyumbangkan poin diatas nilai rata-rata mereka sendiri. Misalnya, nilai rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat nilai 65, maka dia akan menumbangkan 5 poin  untuk kelompok. Ini berarti setiap siswa cepat maupun yang lambat mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa lambat tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga bisa memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa terpacu untuk meningkat kontribusi mereka dan dengan demikian menaikkan nilai pribadi mereka sendiri.
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif, dan langkahnya sedikit bervariasi tergantung pada pendekatan yang digunakan. Beberapa variasi dalam model pembelajaran kooperatif antara lain: Student Teams Achievement Divisin (STAD), Jigsaw, Teams Games Turnament (TGT), Think-Pair-Share, Numbered Head Together dll.
Berikut ini diberikan beberapa contoh dari model pembelajaran yang termasuk kooperatif learning dan dilengkapi dengan langkah-langkah penerapannya:
I.              EXAMPLES NON EXAMPLES
Contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah :
1.      Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.      Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/LCD.
3.    Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar.
4.      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
5.      Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.      Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
7.      Kesimpulan.
II.           COOPERATIF SCRIP
Merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah :
1.      Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2.       Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3.      Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
·                Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
·                Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5.      Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6.      Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru.
7.      Penutup.
III.        KEPALA  BERNOMOR TERSTRUKTUR
Merupakan model pengembangan dari Number Heads (Kepala Bernomor) yang dipakai oleh Spencer Kagan. Teknik Kepala Bernomor Terstruktur ini memudahkan pembagian tugas. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik ini bias digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.      Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2.      Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
3.      Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
4.       Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
5.       Kesimpulan.
IV.        STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model ini berarti tim siswa kelompok prestasi, yang dikembangkan oleh Slavin tahun 1995.
Langkah-langkah :
1.      Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2.      Guru menyajikan pelajaran
3.      Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.      Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5.      Memberi evaluasi.
6.      Kesimpulan.
V.           JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
Merupakan model yang dikembangkan oleh Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, dan Snapp tahun 1978. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Model ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.
Langkah-langkah :
1.      Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota dalam satu tim
2.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.      Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.      Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.      Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.      Guru memberi evaluasi
8.      Penutup
VI.        ARTIKULASI
Langkah-langkah :
1.      Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2.      Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3.      Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4.      Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5.      Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6.      Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7.      Kesimpulan/penutup

VII.     MIND MAPPING
Model ini sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah :
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.      Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.
3.       Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.
4.      Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
5.      Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
6.      Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
VIII.  MAKE - A MATCH (MENCARI PASANGAN)
Model ini merupakan model pembelajaran dengan cara mencari pasangan, yang dikembangkan oleh Lorna Curran tahun 1994. Salah satu keunggulan model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.       Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.       Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3.       Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4.       Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5.      Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.      Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.      Demikian seterusnya
8.      Kesimpulan/penutup
IX.        THINK-PAIR AND SHARE
Model ini dikembangkan oleh Frank Lyman tahun 1985. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Langkah-langkah :
1.        Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2.        Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3.        Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4.         Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5.        Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
6.        Guru memberi kesimpulan
7.        Penutup
X.           BERPIKIR-BERPASANGAN-BEREMPAT
Model belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Thyng-Pair-Share) dan Spencer Kagan (Thing-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, model ini memberikan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.        Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
2.        Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3.        Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
4.        Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
XI.        BERKIRIM SALAM DAN SOAL
Model belajar mengajar Berkirim Salam dan Soal memberikan siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri, sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman-teman sekelasnya.
Kegiatan Berkirim Salam dan Soal ini cocok untuk persiapan menjelang tes dan ujian. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Langkah-langkah :
1.             Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirimkan ke kelompok yang lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
2.             Kemudain, masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (Salam kelompok bisa berupa sorak kelompok).
3.             Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4.             Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
XII.     BERCERITA BERPASANGAN (PAIRED STORYTELLING)
Model ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Model bercerita berpasangan ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah pikiran mereka akan dihargai, sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar. Selain itu,  siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi.
Langkah-langkah :
1.      Guru membagikan bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.
2.      Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Guru bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa memberikan tebakan yang benar bukanlah tujuannya. Yang lebih penting adalah kesiapan mereka dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan hari itu.
3.      Siswa dipasangkan.
4.      Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
5.      Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan (dalam pelajaran di laboratorium bahasa) bagian mereka masing-masing.
6.      Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat dan mendaftar beberapa kata/frasa kunci yang ada dalam bagian masing-masing. Jumlah kata/frasa bisa disesuaikan dengan panjangnya teks bacaan.
7.      Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
8.      Sambil mengingat-ingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang  bagian lain yang belum dibaca/didengarkan (yang sudah dibaca/didengarkan pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa-frasakunci dari pasangannya. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sedangkan siswa yang membaca/mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9.       Tentu saja, versi karangan sendiri tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Setelah selesai menulis, beberapa siswa diberikan kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
10.  Kemudian, guru membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
11.  Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topic dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
XIII.  KANCING GEMERINCING
     Model pembelajaran  Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun1992. Dalam kegiatan Kancing Gemerincing ini masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada siswa yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya, juga ada siswa yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena siswa yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Model belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan serta secara aktif  di dalam pembelajaran.
Langkah-langkah:
                        Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya).
1.      Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing keloopok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
2.       Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah.
3.      Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
4.      Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
XIV.  DEBATE
Langkah-langkah :
1.       Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2.       Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3.       Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4.       Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5.       Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6.       Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
XV.     ROLE PLAYING
Langkah-langkah :
1.      Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2.      Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm
3.      Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4.      Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5.      Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
6.      Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan
7.      Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas
8.       Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9.      Guru memberikan kesimpulan secara umum
10.  Evaluasi
11.   Penutup
XVI.  GROUP INVESTIGATION
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Sharan tahun 1992.
Langkah-langkah :
1.      Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2.      Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3.      Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4.      Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan
5.      Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6.      Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7.      Evaluasi
8.      Penutup

XVII.      TALKING STIK
Langkah-langkah :
1.       Guru menyiapkan sebuah tongkat
2.       Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3.       Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
4.       Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5.      Guru memberikan kesimpulan
6.      Evaluasi
7.      Penutup       

XVIII. BERTUKAR PASANGAN
Model belajar mengajar Bertukar Pasangan memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orng lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Langkah-langkah :
1.        Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya
2.        Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
3.        Setelah selesai setiap pasangan bergabungdengan satu pasangan yang lain
4.        Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
5.        Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

XIX.  SNOWBALL THROWING
Langkah-langkah :
1.       Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2.       Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3.       Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4.       Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5.       Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6.       Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7.      Evaluasi
8.      Penutup

XX.     STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
Merupakan model pembelajaran yang siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya.
Langkah-langkah :
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.      Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3.      Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
4.      Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5.      Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6.      Penutup
XXI.  COURSE REVIEW HORAY
Langkah-langkah :
1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.      Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3.      Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4.      Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
5.      Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)
6.      Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
7.      Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8.      Penutup
XXII.     COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
Merupakan model pembelajaran yang memadukan antara membaca dan menulis yang dikembangkan oleh Steven dan Slavin pada tahun 1995.
Langkah-langkah :
1.      Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2.      Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3.      Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4.      Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5.       Guru membuat kesimpulan bersama
6.      Penutup
XXIII. INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL LINGKARAN BESAR
Merupakan model pembelajaran lingkaran kecil-lingkaran besar yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah :
1.      Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2.      Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.
3.      Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4.      Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5.      Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
XXIV. TEBAK KATA
Persiapan alat :
1. Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.
2.      Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi atau diselipkan ditelinga.
Langkah-langkah :
1.      Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit
2.       Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3.      Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4.      Sementara siswa membawa kartu 10x10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5.      Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya. Dan seterusnya.

CONTOH KARTU
·         Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
·         Dimiliki oleh 1 orang
·         Struktur organisasinya tidak resmi
·         Bila untung dimiliki,diambil sendiri
        NAH … SIAPA … AKU ?
        JAWABNYA :   PERUSAHAAN  PERSEORANGAN
XXV.    WORD SQUARE
Persiapan alat :
1.      Buat kotak sesuai keperluan
2.      Buat soal sesuai KD atau Indikator
           Langkah-langkah :
1.      Sampaikan materi sesuai KD atau Indikator
2.      Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3.      Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4.      Berikan poin setiap jawaban dalam kotak


T
Y
E
N
I
O
K
N
R
A
U
A
N
K
U
O
A
B
A
R
T
E
R
M
N
A
N
I
R
R
S
I
S
D
G
I
I
T
G
N
A
O
N
L
S
A
I
A
K
L
A
A
I
S
R
L
S
A
C
E
K
B
O
S
I
R
I
N
G
G
I
T
CONTOH SOAL
1.   Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….
2.   ……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3.   Uang ……. Saat ini banyak di palsukan
4.   Nilai bahan pembuatan uang disebut …….
5.   Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
6.   Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….
7.   Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….
8.   Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….
9. Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …….
XXVI. SCRAMBLE
Persiapan Alat :
1.      Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan KD atau indikator
2.      Buat jawaban yang diacak hurufnya
 Langkah-langkah :
1.      Guru menyajikan materi sesuai KD atau indikator
2.      Membagikan lembar kerja sesuai contoh
Susunlah huruf-huruf pada kolom sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A.
Kolom A
1.  Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …
2.  ... digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3.  Uang ... saat ini banyak dipalsukan
4.  Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai ...
5.  Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai ...
6.  Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut ...
7.  Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai ...
8.  dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut ...
9.  perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di    bank untuk membayar sejumlah uang disebut ...
Kolom B
1.       TARREB ..................................
2.       GANU .......................................
3.       TRASEK ....................................
4.       KISTRINI ....................................
5.       LIRI .............................................
6.       SRUK .......................................
7.       MINALON ...............................
8.      SAKSITRAN ..............................       
9.      KEC ..........................................

XXVII.                      CONSEPTSENTENSE
Langkah-langkah :
1.      Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai
2.      Guru menyajikan materi secukupnya
3.      Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen
4.      Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan
5.      Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat
6.      Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu Guru
7.      Kesimpulan



XXVIII.                   TAKE AND GIVE
MEDIA :
1.      Kartu ukuran ± 10x15 cm sejumlah peserta tiap kartu berisi sub materi (yang berbeda dengan kartu yang lainnya, materi sesuai dengan TPK
2.      Kartu contoh sejumlah siswa
CONTOH Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI  :
NAMA YANG DIBERI
1.
2
3.
4. dst.
           Langkah-langkah :
1.      Siapkan kelas sebagaimana mestinya
2.      Jelaskan materi sesuai TPK
3.      Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing satu kartu untuk dipelajari (dihapal) lebih kurang 5 menit
4.      Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu contoh
5.      Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take and give)
6.      Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan berikan siswa pertanyaan yang tak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain)
7.      Strategi ini dapat dimodifikasi sesuai keadaan
8.      Kesimpulan

XXIX. COMPLETTE SENTENSE
Media : Siapkan blangko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap
           Langkah-langkah :
1.      Guru menyampaikan yang ingin dicapai
2.      Menyampaikan materi secukupnya atau peserta disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya
3.      Bentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen
4.      Bagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap (lihat contoh)
5.      Peserta diharap berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia
6.      Bicarakan bersama-sama anggota kelompok
7.      Setelah jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal
8.       Kesimpulan

XXX.    TIME TOKEN
Merupakan model pembelajaran  berdasarkan truktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Arends tahun 1998.
           Langkah-langkah :
1.      Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
2.       Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan
3.      Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon
4.      Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis
5.      Dan seterusnya

              
XXXI.  PAIR CHEKS
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Spencer Kagen tahun 1993.
           Langkah-langkah :
1.      BEKERJA BERPASANGAN
      Bentuk tim dalam pasangan-pasangan dua siswa dalam pasangan itu mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu melatih
2.      PELATIH MENGECEK
      Apabila patner benar pelatih memberi kupon
3.      BERTUKAR PERAN
      Seluruh patner bertukar peran dan mengurangi langkah 1 – 3
4.      PASANGAN MENGECEK
      Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban
5.      PENEGASAN GURU
      Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep

XXXII.                      KELILING KELOMPOK
Model pembelajaran ini bermaksud agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya.
Langkah-langkah :
1.   Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
2.   Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3.   Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
XXXIII.                     TARI BAMBU
Model pembelajaran ini bertujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.
           Langkah-langkah :
1.      Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
2.      Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
3.      Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
4.      Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.

XXXIV.                   DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY-TWO STRAY)
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagen tahun 1992. Model ini bisa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor.
           Langkah-langkah :
1.      Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa
2.      Setelah selesai, dua orang dari masing-masing bertamu kedua kelompok yang lain
3.      Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka
4.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
5.       Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

XXXV.                      TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)
Langkah-langkah:
1.      Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan dan setiap kelompok mempunyai tugas bisa sama atau berbeda.
2.      Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
3.      Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit).
Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal.
4.      Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.
5.      Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
6.      Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.

XXXVI.                   TEAM ASSISTED INDIVIDUALLY (TAI)
Model pembelajaran ini berarti  Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) dengan karateristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Model ini dikembangkan oleh Slavin tahun 1985.
Langkah-langkah :
1.       Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.
2.       Siswa belajar kelompok dengan dibatu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi.
3.       Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.


 i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar